Prabowo Subianto: Dorong Indonesia Agar Melakukan Swasembada Pangan

Channel Rakyat. Calon Presiden Prabowo Subianto mendorong Indonesia untuk kembali melakukan swasembada, yang mencakup swasembada pangan, air, dan energi. Hal ini adalah salah satu strateginya untuk merebut suara pemilih menjelang Pemilu Presiden 2019 mendatang. Pekan lalu, tim Prabowo juga berbicara tentang rencananya untuk memangkas tarif pajak penghasilan perusahaan dan pribadi jika dia memenangkan pemilu, sehingga dapat bersaing lebih baik dengan negara tetangga rendah pajak seperti Singapura, dalam menarik lebih banyak investasi.

Calon Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, mengatakan bahwa ia memiliki “strategi dorongan besar” untuk menjadikan negara itu bangsa yang makmur, menyusul beberapa negara tetangga Asia Tenggara.

Salah satu program intinya adalah mencapai swasembada pangan, energi, dan air, Prabowo mengatakan dalam sambutannya di Forum Ekonomi Indonesia tahunan pada Rabu (21/11).

“Strategi saya akan menggunakan keunggulan kompetitif kita,” kata purnawirawan jenderal militer itu, mengacu pada pertanian dan agribisnis.

Prabowo dilihat masih tertinggal dari Presiden Joko Widodo dalam pemungutan suara bulan April mendatang. Untuk menarik minat pemilih, dia telah menuangkan ide-ide besar dalam beberapa minggu terakhir.

Pekan lalu, tim Prabowo berbicara tentang rencananya untuk memangkas tarif pajak penghasilan perusahaan dan pribadi jika dia memenangkan pemilu, sehingga dapat bersaing lebih baik dengan negara tetangga rendah pajak seperti Singapura, dalam menarik lebih banyak investasi.

Prabowo mengatakan kepada forum tersebut pada Rabu (21/11): “Kita menempati sepertiga dari zona tropis dunia… Kita dapat memiliki tiga panen setahun dengan teknologi, manajemen yang baik.”

Dia juga mengatakan bahwa Indonesia dapat menumbuhkan kembali 88 juta ha hutan yang hancur—dua kali ukuran pulau Sumatra—untuk membuat mereka produktif lagi, demi membantu memenuhi tujuan swasembada negara. Dia tidak mengatakan bagaimana dia akan mengambil alih lahan yang luas untuk menanam kembali hutan.

Banyak hutan-hutan di tiga pulau utama Indonesia—Jawa, Sumatra, dan Kalimantan—telah dibuka untuk pertanian dan perkebunan, dari beras hingga kelapa sawit dan komoditas lain seperti karet.

Dia mengatakan bahwa hutan Indonesia sangat penting untuk produksi pangan dan pembangkit energi terbarukan. Ia mencontohkan bagaimana hutan dapat menghasilkan bioenergi seperti bioetanol dari pohon aren dan biocoal dengan memanaskan biomassa secara intens.

Pria berusia 66 tahun itu mengkritik ketergantungan berat Indonesia saat ini pada impor bahan bakar, sementara pada saat yang sama mengekspor sejumlah besar minyak mentah.

Dia memperingatkan penipisan sumber daya energi, mengutip proyeksi bahwa negara kaya sumber daya itu akan perlu bergantung pada impor untuk seluruh kebutuhan energi atau bahan bakar pada tahun 2027.
Pilpres 2019

Presiden Indonesia Joko Widodo (kedua dari kiri) dan cawapresnya, Ma’ruf Amin, (kiri) bersama saingan mereka, Prabowo Subianto (kedua dari kanan) dan cawapresnya, Sandiaga Uno (kanan) di Jakarta, Indonesia, pada 23 September 2018. (Foto: AP Photo/Tatan Syuflana)

Perusahaan energi milik negara Pertamina mengatakan pada bulan September, bahwa impor minyak untuk tahun ini mencapai rata-rata 393.000 barel per hari (bpd) hingga Agustus. Ini adalah 6 persen lebih tinggi dari rata-rata harian 370.000 bpd yang diimpor Indonesia untuk seluruh tahun lalu.

Terlepas dari orientasi dalam negeri tersebut, Prabowo mengatakan bahwa ia akan terbuka untuk investasi asing dan mau belajar dari negara lain dengan teknologi canggih, seperti Amerika Serikat (AS) dan India, pada masalah pertanian.

Prabowo adalah putra ekonom Indonesia terkemuka, Sumitro Djojohadikusumo. Ide-idenya yang besar tentang masalah ekonomi adalah salah satu kunci utama dari kampanyenya.

Pasangan dari calon presiden itu adalah pengusaha dan mantan Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno. Tim kebijakan ekonomi mereka termasuk ekonom Dradjad Wibowo, seorang politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Prabowo dan Sandiaga menantang Presiden Jokowi dan pasangannya, ulama Ma’ruf Amin, dalam pemungutan suara bulan April mendatang.

Mantan tokoh militer tersebut juga berjanji bahwa jika terpilih, ia akan meniru kisah sukses negara-negara yang telah berhasil mengurangi kemiskinan secara signifikan.

Dia mengutip China, yang katanya telah mengangkat lebih dari 90 persen penduduknya dari garis kemiskinan sejak tahun 1978 dengan “keajaiban ekonomi”. Dia menambahkan: “Saya yakin bahwa kita dapat mengubah negara ini sangat cepat, tetapi kita membutuhkan pemerintahan yang bersih dan kuat.”

Prabowo memunculkan berbagai indikator untuk menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal di belakang beberapa negara tetangga Asia Tenggara.

Rasio pajak Indonesia—yang mencapai 10,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB)—menempati peringkat ke-112 dari 124 negara pada tahun 2016, jauh lebih rendah dari Thailand (ke-66), Malaysia (86), Singapura (87), dan Filipina (88), menurut data yang dia kutip.

Rasio pajak terhadap PDB Indonesia diperkirakan 11 persen tahun ini, sedikit lebih rendah dari 12 persen tahun lalu, kata Kementerian Keuangan.

Dalam Indeks Pembangunan Manusia 2016—yang dirujuk oleh Prabowo—Indonesia ada di peringkat ke-113 dari 188 negara yang disurvei, lebih rendah dari negara tetangganya Singapura (5), Malaysia (59), dan Thailand (87).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PKS: Seharusnya Jokowi Itu Memberikan Contoh Politik Tanpa Adanya Kebohongan

Melek Politk Dan Cerdas, Generasi Milenial Akan Siap Memilih Presiden Yang Benar!

Peran Millennials Untuk Mencegah Penyalahgunaan Medsos Dan Politik Yang Gaduh